Cerita 13 : Review Cerpen “Sang Pelukis Kupu-kupu” dalam Kumcer Sang Pelukis Kupu-kupu Terbitan AG Publishing
Cerita
13 :
Review
Cerpen “Sang Pelukis Kupu-kupu” dalam Kumcer Sang Pelukis Kupu-kupu
Terbitan
AG Publishing
Sang
Pelukis Kupu-kupu (SPK) adalah judul cerpen saya yang saya tulis dalam waktu
yang sangat singkat. Hanya sekitar setengah hari. Itu pun masih dalam proses
tulis-hapus-tulis-hapus, sampai akhirnya menjelang jam-jam batas akhir
pengumpulan naskah, cerpen SPK saya pun mendarat dengan selamat ke alamat
e-mail tujuan. Ah, legaaa… Rasanya meski pun pada saat itu belum tahu hasilnya
adakah naskah saya pantas atau tidak untuk masuk ke dalam sebuah kumcer atau
kumpulan cerpen.
Ide
saya saat itu sederhana, saya hanya ingin menyampaikan bahwa wanita, (yang
mungkin saat ini masih bersama kita atau pun tidak) yang kita kenal sebagai
wanita yang melahirkan kita, yang sering kita panggil dengan sebutan paling mulia,
bagaimana pun kondisinya, beliau tetaplah milik kita, yang melahirkan kita yang
layak kita hormati.
I-B-U,
hanya tiga huruf, tetapi syarat dengan makna-makna yang bila kita rangkum
dengan kesepuluh jari-jemari, tidak akan cukup untuk menghitung belas-kasih
sampai dengan jasa-jasanya.
Di
dalam cerpen itu saya tuangkan, bagaimana Salsabila (Tokoh utama dalam cerpen) amat
mengagumi kecantikan, keanggunan, kelemah-lembutan, pesona yang dimiliki seorang
wanita selain ibunya. Sampai-sampai, di dalam benaknya ia membanding-bandingkan
betapa ibunya kalah cantik, anggun, lembut, mempesona ketimbang wanita pecinta
karya lukis ibunya itu.
Di
mata Salsabila, Ibunya adalah wujud ibu yang renta, kaku, tidak pernah
tersenyum dan selalu berkata-kata tajam. Seorang ibu yang hanya senang bergulat
dengan cat, kanvas dan kuas-kuasnya demi mengais rejeki dari sana untuk
kehidupan mereka berdua.
“Dan
ibuku juga bukan wanita bersayap cemerlang layaknya cerita ibu peri yang sering
tayang dalam program-program acara tivi. Ibu hanyalah sosok sederhana yang
senang bergulat dengan kuas, cat dan kanvas sepanjang harinya. Kesehariannya
adalah menuang cat warna-warni pada mangkuk-mangkuk kecil berbentuk jari-jari
untuk kemudian mengolesnya di bentangan helai putih, lalu terlukislah sketsa
dua helai lekuk sayap kupu-kupu berbagai jenis.” (Kutipan dalam cerpen SPK – Karya Astuti A. Palupi)
Namun, tahukah? Di balik sosok yang kaku, enggan
tersenyum dan berlidah pisau itu ternyata tersimpan cinta yang luar biasa
meskipun harus nyawa yang menjadi taruhannya. Seperti itulah, sosok
ibu kita semua mencintai kita dengan caranya. Pantas saja, kalau Rasulullah, SAW menaruh kedudukan seorang ibu tiga
kali dibandingkan seorang ayah. Dan beliau juga bersabda, kalau surga ada di
bawah telapak kaki ibunda.
Jadi,
tidak ada alasan kita untuk tidak menyayangi ibunda kita, terlebih hanya dengan
melihat kondisi fisiknya. Tanpanya, mungkin kita tidak akan pernah lahir di
sini, di dunia ini. Menjadi seperti kita yang sekarang.
Dan
kepayahan ibu sejak mengandung, melahirkan hingga membesarkan kita takkan pernah
terbalaskan kendati pun kita membayarnya dengan segunung emas dan berlian. Sebab
hanya seorang ibu dan Allah, SWT saja yang bisa tahu, rasa pengorbanan yang
sebenarnya :)
Oh,
ya, bagi yang berminat untuk pesan kumcernya bisa dipesan langsung melalui SMS
ke no. 0823 9198 7076 dengan format Judul Buku, Jumlah, Nama dan Alamat Kirim,
Judul : SANG PELUKIS KUPU-KUPU
ISBN : 978-602-7692-66-4
Tebal 172 Halaman
Harga : Rp. 38.000,- (Belum termasuk ongkir)
Penulis :
Novia Anggraini - Astuti A. Palupi - Dedek Fidelis Sinabutar - Vita Agustina - Gaziah - Imam Apriansyah - Rela Sabtiana - Susi S. Idris - Alifah Ramadhani - Minna Audy - Denny Sofyan
Sanzia K Al-Farist - Miranda Seftiana - Agus Salim - Asrhawi Muin - Linda Tanjung - Uda Agus
===========================
Mataku sulit sekali untuk terpejam. Otakku menyusun banyak sekali rencana yang ingin kulakukan malam ini, sebelum ayah pulang nanti. Bila dengan ini harus ada yang terluka, biar aku sendirilah yang akan merasakan lukanya. Aku tahu ayah sudah cukup menderita dengan kehilangan ibu dan cukup gila untuk memilih menikahi wanita jahat itu.
Kisah Sepotong Jari dan Ibu Tiri – Novia Anggraini
***
Dan ibuku juga bukan wanita bersayap cemerlang layaknya cerita ibu peri yang sering tayang dalam program-program acara tivi. Ibu hanyalah sosok sederhana yang senang bergulat dengan kuas, cat dan kanvas sepanjang harinya. Kesehariannya adalah menuang cat warna-warni pada mangkuk-mangkuk kecil berbentuk jari-jari untuk kemudian mengolesnya di bentangan helai putih, lalu terlukislah sketsa dua helai lekuk sayap kupu-kupu berbagai jenis.
Sang Pelukis Kupu-kupu – Astuti A. Palupi
***
Ada banyak kisah yang membuat kita semakin mencintai ibu di sini, sekaligus menyadarkan betapa beruntungnya kita memiliki wanita seperti mereka…
Ada juga kumcer tema
ibu yang ke-2,
Judul : MELUKIS WAJAH
IBU
ISBN : 978-602-7692-43-5
Tebal 172 Halaman
Harga : Rp. 38.000,- (Belum termasuk ongkir)
Penulis :
Andini Oktarani - Diah Sriwulan Purnama Dewi - Mutiara Cikasimi - Narisa Haryanti - Ragil Kuning - R. G. Ardho Riyadul Maisah - Ahmad Ijazi H. - Putri Lestari - Priska Amalia
Doni Apriyanto - Mia Candra Sasmita - Nur Aini - Fitria Ragil Diana Lestari - Rizki Ageng Mardikawati - Linda Tanjung - Uda Agus
===========================
Bayangkan saja. Kalau aku bepergian dengan ibu, aku bisa jadi tukang parkir! Tukang angkut barang! Tukang tunggu belanjaan! Tukang bawain belanjaan! Satpam sepeda motor! Hah, sengaja bukan koma, karena tanda seru selalu bisa mewakili jiwa yang teraniaya!
Andini Oktarani – Ibuku Bilang, Aku Anak Durhaka
***
Saat tiba, aku langsung memeluk tubuh ibu. Sungguh jauh berbeda kondisi ibu dibandingkan lukisan yang kubuat beberapa malam lalu. Ibu sangat kurus, tirus, lemah. Tapi riak di wajahnya, senyum di bibirnya dan sorot matanya seakan meyakinkanku bahwa itu belum seberapa, belum apa-apa. ”Mengapa Bu?” tanyaku saat itu, setelah kami melepas pelukan. Aku tahu, separuh kekuatan ibu langsung muncul saat pertama kali melihatku di depan pintu. Sebagian lagi muncul saat kami berpelukan. Ibu sakit bukan karena capek atau lelah bekerja. Ibu sakit karena menahan kerinduannya.
Uda Agus – Melukis Wajah Ibu
***
ISBN : 978-602-7692-43-5
Tebal 172 Halaman
Harga : Rp. 38.000,- (Belum termasuk ongkir)
Penulis :
Andini Oktarani - Diah Sriwulan Purnama Dewi - Mutiara Cikasimi - Narisa Haryanti - Ragil Kuning - R. G. Ardho Riyadul Maisah - Ahmad Ijazi H. - Putri Lestari - Priska Amalia
Doni Apriyanto - Mia Candra Sasmita - Nur Aini - Fitria Ragil Diana Lestari - Rizki Ageng Mardikawati - Linda Tanjung - Uda Agus
===========================
Bayangkan saja. Kalau aku bepergian dengan ibu, aku bisa jadi tukang parkir! Tukang angkut barang! Tukang tunggu belanjaan! Tukang bawain belanjaan! Satpam sepeda motor! Hah, sengaja bukan koma, karena tanda seru selalu bisa mewakili jiwa yang teraniaya!
Andini Oktarani – Ibuku Bilang, Aku Anak Durhaka
***
Saat tiba, aku langsung memeluk tubuh ibu. Sungguh jauh berbeda kondisi ibu dibandingkan lukisan yang kubuat beberapa malam lalu. Ibu sangat kurus, tirus, lemah. Tapi riak di wajahnya, senyum di bibirnya dan sorot matanya seakan meyakinkanku bahwa itu belum seberapa, belum apa-apa. ”Mengapa Bu?” tanyaku saat itu, setelah kami melepas pelukan. Aku tahu, separuh kekuatan ibu langsung muncul saat pertama kali melihatku di depan pintu. Sebagian lagi muncul saat kami berpelukan. Ibu sakit bukan karena capek atau lelah bekerja. Ibu sakit karena menahan kerinduannya.
Uda Agus – Melukis Wajah Ibu
***
Silakan
diorder, sebagai kado untuk orang-orang tersayang! ^_^
Komentar
Posting Komentar