Cerita 73 : Menjadi Sempurna atau Mencari Sempurna?
Pernah melihat sebuah liontin
hati yang terbelah dari dua kalung yang berbeda? Yang masing-masing dari satu
sisinya bila kita satukan akan menjadi kesatuan hati yang utuh. Berbentuk hati
(love) yang sempurna.
Namun, jika kita toleh-toleh lagi,
bila kedua liontin itu kembali kita pisahkan, masing-masing akan kembali ke
bentuk semula, yakni sebuah hati yang terbelah, yang memerlukan sebelah hati
yang lain bagi penyempurnaan dirinya.
Saya kira, begitulah
seharusnya sepasang suami-istri, saling melengkapi dan menyempurnakan. Seperti
sebuah liontin hati yang terbelah namun memberikan ruangan untuk saling
melengkapi agar menjadi sebuah hati yang utuh, yang saya ibaratkan di atas.
Islam menyatukan dua makhluk
berlawan jenis itu dalam wadah yang disebut pernikahan. Agar masing-masing
dapat saling membuat tentram, menenangkan, memelihara keturunan, menyalurkan
rasa kasih sayang, saling bertanggung jawab dalam keadaan apapun.
Sebuah hakikat indah yang Allah
tuliskan dalam surat cinta-Nya yang terjilid dalam sebuah kitab bernama
Al-Qur'an.
Namun, banyak dari kita yang justru
mengharapkan pasangan hidup yang sempurna. Bukan menjadi sempurna.
Meskipun suami-istri awalnya
adalah dua pasangan makhluk Allah yang berbeda dari segi jenis kelamin, latar
belakang kehidupan, keluarga, usia, dll.?
Namun, pilihan tetaplah ada
di tangan kita masing-masing, mencari sempurna atau menjadi sempurna?
Tidak ada salahnya bila masih
ada yang ingin mencari kesempurnaan. Namun, saya ingat, sebuah ungkapan pernah
bilang, kesempurnaan hanyalah milik Andra and Backbone dan Gita Gutawa, eh... Sengaja
salah, Maksudnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah Semata.
Karena masing-masing kita adalah
manusia biasa yang dikaruniai kelebihan dan kekurangan. Maha Adil Allah yang menghadirkan
kekurangan agar adanya rasa kebersamaan untuk saling melengkapi.
Mencari sempurna atau menjadi
sempurna.
Apapun pilihan kita, tetaplah
nikahi atau menikahlah dengannya atas dasar agamanya, sesuai dengan anjuran
Rasulullah Sallahu 'Alaihi Wassalam untuk menikahi seseorang atas pertimbangan
agama, ketimbang rupa, harta dan keturunan."
Mudah-mudahan Allah
senantiasa memberkahi seluruh keluarga yang menjunjung tinggi agama Allah, yang
selalu bersyukur dan terus menjadi keluarga yang bahagia, aamiin.
**Terinspirasi dari pasangan
suami-istri Mas Ramaditya Adikara dan Mbak Isye
Komentar
Posting Komentar