Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Cerita 76 : Kriteria yang Tak Boleh Ditinggalkan dalam Memilih Pasangan Hidup

Cerita 76 : Kriteria yang Tak Boleh Ditinggalkan dalam Memilih Pasangan Hidup Masing-masing dari kita tentu memiliki kriteria tersendiri dalam memilih pasangan hidup. Ada yang melihat dari segi rupanya, ada pula yang melihat dari segi riwayat pendidikannya, ada juga yang melihat dari segi harta atau juga pekerjaan, ... Mungkin ada dari kita yang memilih pasangan hidup (sebagai suami/istri) yang memiliki pekerjaan tertentu agar kita pun bisa dengan mudah klop dengan kehidupannya. Secara, kita tahu apa yang dia kerjakan, kita tahu di mana "dunia" tempat ia merasa nyaman dalam kehidupannya, sehingga kita mampu memahami bila ditakdirkan hidup berdua nantinya. Atau mungkin ada pula yang memilih pasangan yang beriwayat pendidikan tertentu, dengan berbagai macam alasan. Artinya, masing-masing boleh-boleh saja punya kriteria sendiri yang harus terpenuhi bila ingin memilih pasangan hidup selagi masih dalam batasan yang wajar sesuai dengan syari'at. Kita ya...

Cerita 75 : Pernikahan itu Awal, Bukan Akhir

Cerita 75 : Pernikahan itu Awal, Bukan Akhir Mungkin sebagian dari kita akan berpikir, kalau pernikahan adalah akhir. Bisa berupa akhir pencarian teman hidup senasib-seperjuangan atau akhir dari masa lajang menuju masa berumah tangga, sehingga kita pantas untuk bahagia, sebab apa yang dicari-cari selama ini, sudah ditemukan. Mutiara yang terpendam di dasar laut, kini telah menampakkan wujud. Tidak salah memang bila ada yang beranggapan seperti itu. Karena memang pernikahan adalah akhir. Akhir dari perjuangan menjaga diri dari godaan nafsu syahwat yang seringnya menggoda para kaum yang masih sendiri (single). Namun saya teringat pada sebuah nasihat dari sahabat saya (Kak Hani), beliau pernah menyatakan begini, "Pernikahan itu Awal, Bukan Akhir." Saya sempat tertegun membaca kalimat beliau, bahwa pernikahan bukanlah sebuah akhir, namun awal dari sebuah kehidupan baru. Ya, kehidupan baru. Dari semulanya masih seorang diri, menjadi berdua. Dar...

Cerita 74 : Nasihat Kepada Para Hati yang Menunggu,

Cerita 74 : Nasihat Kepada Para Hati yang Menunggu, Sahabatku, Kuharap ini bukanlah sekadar omong kosong, melainkan nasihat dari hati untuk para hati yang menunggu. Mungkin sampai dengan hari ini, hatimu terisi oleh rasa kegelisahan, akan cinta sejatimu yang belum kunjung sampai.     Cinta sejati yang sesungguhnya engkau harap-harapkan. Cinta sejati yang bukan menjerumuskanmu dalam kesesatan. Cinta sejati yang hanya ada pada satu tujuan. Yakni, ridho Allah, Illah Semesta Alam. Usah gelisah karena kesendirianmu tanpa cinta Cintamu hanya belum tiba, Barangkali Allah tengah menyiapkan belahan jiwamu dalam sebaik-baiknya keadaan, Allah mengharapkanmu khusyu' meminta dalam do'a Dalam sujud malammu yang panjang Saat kau luahkan bahwa kamu siap menyambut cinta yang halal, Dan yakinlah, insya Allah, Allah akan mendengar, Dan segera mengirimkan teman hidup yang terbaik untukmu yang bu...

Cerita 73 : Menjadi Sempurna atau Mencari Sempurna?

Cerita 73 : Menjadi Sempurna atau Mencari Sempurna? Pernah melihat sebuah liontin hati yang terbelah dari dua kalung yang berbeda? Yang masing-masing dari satu sisinya bila kita satukan akan menjadi kesatuan hati yang utuh. Berbentuk hati (love) yang sempurna.   Namun, jika kita toleh-toleh lagi, bila kedua liontin itu kembali kita pisahkan, masing-masing akan kembali ke bentuk semula, yakni sebuah hati yang terbelah, yang memerlukan sebelah hati yang lain bagi penyempurnaan dirinya.   Saya kira, begitulah seharusnya sepasang suami-istri, saling melengkapi dan menyempurnakan. Seperti sebuah liontin hati yang terbelah namun memberikan ruangan untuk saling melengkapi agar menjadi sebuah hati yang utuh, yang saya ibaratkan di atas. Islam menyatukan dua makhluk berlawan jenis itu dalam wadah yang disebut pernikahan. Agar masing-masing dapat saling membuat tentram, menenangkan, memelihara keturunan, menyalurkan rasa kasih sayang, saling bertanggung jaw...