Cerita 85 : Malu Sama Allah, Malu Sama Jilbab
Rapat jilbabmu, menggambarkan
taatmu.
Seberapa kuat kamu menjaga
aurat.
Itu menandakan betapa kamu
malu bila auratmu dilihat oleh manusia selain mahrammu.
Itu menandakan betapa kamu
malu mengaku-ngaku hamba Allah, tetapi tidak taat pada perintah-Nya.
Jilbab, selembar kain tebal
yang menutupi raga muslimah dari bagian tubuh paling atas hingga setengah dari
tubuhnya atau secara keseluruhan.
Bukan saja merupakan lembaran
kain. Melainkan bentuk ketaatam akan perintah Allah Subhana Wata'ala dalam QS.
Al-Ahzab ayat 59.
Tiap muslimah yang terbilang
telah memasuki usia akil baligh, telah wajib baginya untuk komit menutup aurat.
Menutup aurat karena Allah, bukan karena fashion atau apapun.
Karena biasanya, niat karena
Allah lebih awet ketimbang selain-Nya. Berjilbab karena manusia, suatu saat
kita juga akan menanggalkannya dengan alasan sudah tidak lagi diperhatikan
manusia. Sudah tidak lagi dipuji cantik bila berjilbab. Sudah tidak lagi dipuji
solehah. Tidak lagi dipuji sebagai wanita yang anggun bila berjilbab.
Berjilbab karena Allah,
menjadi bentuk tanggung jawab kita terhadap Rabb Semesta Alam. Tidak ada alasan
lagi untuk menanggalkannya. Karena kita berjilbab bukan karena ingin dipuji
cantik, solehah, anggun, tetapi karena ingin menggapai surga, dan takut akan
neraka-Nya. Kalau pun sampai dipuji cantik, anggun, solehah, anggap saja itu
bonus. Namun, tujuan yang sesungguhnya bukanlah itu.
Ketika seorang wanita
berhijab, berarti telah ada komitmen dalam dirinya untuk sepenuhnya taat pada
Allah. Karena tidak ada wanita solehah tanpa jilbab. Wanita baik-baik pasti
berjilbab. Meski wanita berjilbab belum tentu baik. Tetapi, ingat-ingat kembali
tujuan kita berjilbab, bukan untuk dikatakan baik, melainkan karena kita ingin
menjadi muslimah yang baik.
Ketika seorang wanita
berhijab, meskipun mungkin ia belum lancar mengaji, belum bisa menjaga lisan
dengan baik, belum bisa menjabarkan sedikit-banyak tentang hukum-hukum
syari'at, bukan berarti ia menyalahi hijabnya, atau mengelabui pandangan
seseorang tentang dirinya. Pilihan berjilbab itu sudah baik. Dan sekarang
tinggal ia memperbaiki diri. Karena hijab dan akhlak itu sangatlah berbeda.
Memang, banyak yang sudah
berhijab namun enggan menggenggam syari'at. Sudah berhijab, tetapi masih suka tabaruj.
Sudah berhijab, masih suka ghibah. Sudah berhijab, masih suka adu domba. Sudah
berhijab, tapi masih suka maksiat. Masih banyak.... Sekali kita temukan
fenomena di sekitar kita yang begini, bukan?
Namun, janganlah menyalahkan
hijab mereka dan menyuruh mereka menanggalkanya karena dianggap mengotori nama
Islam. Pilihan mereka berhijab sudah baik, setidaknya dengan berhijab mereka
membantu menutup aurat yang tidak seharusnya dilihat oleh lelaki yang bukan
mahromnya. Tinggal kepada perbaikan akhlak. Dan itu sangat butuh yang namanya
proses.
Mereka cuma butuh nasihat,
bukan celaan atau hujatan. Bukankah Islam itu indah. Dan seseorang yang dikatakan
Islam biasanya perkataannya terjaga.
Islam datang penuh cinta,
bukan datang dengan kebencian. Jadi, sangat salah bila ada di antara kita yang
sudah berhijab, namun belum bisa berkelakuan baik, dan kita meminta untuk
menanggalkan saja jilbabnya.
Atau, saat kita sudah
berhijab, namun merasa kelakuan belum sepenuhnya baik, kita ingin menanggalkan
hijab kita. Karena malu pada Allah, akan hijab yang kita kenakan. Justru,
ketika kita malu pada Allah, harusnya semakin kita perbaiki diri, bukan malah
menepurukkan diri dengan kembali tidak berhijab.Itu sama sekali bukan tindakan
bijaksana.
Sekali lagi, hijab adalah
perintah. Perintah dari Atasan segala Atasan dengan tujuan ingin memuliakan
kaum lembut bernama wanita.
Begitu sayangnya Allah pada
kita hingga perintah itu pun Ia cantumkan dalam surat cinta-Nya, dengan tujuan
agar dapat kita patuhi, karena ada kebaikan di sebalik perintah-Nya.
“...Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."
(QS. Al-Ahzab ayat 59)
Masih perlukah kita menyangkal
sayangnya Allah dengan enggan berhijab dengan alasan belum siap?
Atau menanggalkan jilbab
karena merasa diri belum baik, belum solehah?
Ya, para muslimah yang
kucintai karena Allah, teruslah berhijab dan niatkan karena Allah. Insya Allah,
Allah akan membantu memperbaiki akhlak serta ilmu kita.
Jangan takut akan komentar
manusia. Karena penilaian mutlak yang sesungguhnya adalah penilaian-Nya, bukan
mereka.
Karena kita dihisab akan
perbuatan masing-masing. Sibukkanlah dirimu dengan memperbaiki diri, ketimbang
sibuk memikirkan perkataan yang semakin membuatmu mundur dari perintah Allah.
Bukan hujatan atau celaan
mereka yang perlu kamu risaukan, tetapi akhlak yang belum baik dan yang perlu
diperbaiki itu yang perlu kamu pikirkan.
Karena semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan masing-masing di
hadapan Allah dan Allah itu Maha Adil.
Ingat, Allah mencintai
hamba-hamba-Nya yang berupaya taat, meskipun terasa berat.
Subhanallah, tidak ada yang
lebih INDAH selain cinta Allah.
Hamasah! ^_^
Komentar
Posting Komentar