Cerita 83: Welcome back to Dunia
Tarbiyah
Mungkin bagi sebagian kita
yang belum begitu mengenal dunia ini, menganggap bahwa orang-orang yang ada di
dalam kelompok ini adalah orang-orang eksklusif yang senang memisahkan diri
dari yang lain. Tidak ingin bergaul selain dengan yang sama-sama berhijab atau
berhijab lebar. Tidak mau berkumpul bersama bila yang dibicarakan bukan
persoalan agama. Tidak mau kenal saudarinya bila belum betul-betul hijrah di
jalan-Nya.
Sebuah kelompok yang suka
"mengharamkan" pacaran (padahal memang pacaran itu tidak ada dalam
ajaran Islam karena banyak mudharatnya, salah satunya zina hati) Dan bagi
akhwat cuma boleh berkumpul dan berteman dengan akhwat, ikhwan cuma boleh
berteman dengan ikhwan. Dalam arti kata lain, kumpulan orang-orang yang mau
berkumpul dengan teman "selevelnya."
Dan anggapan itu tidak sepenuhnya
benar. Justru, dunia tarbiyah sebenarnya amat terbuka untuk siapapun.
Tergantung pada niat. Tidak harus berjilbab lebar. Tidak harus tahu segala
seluk-beluk Islam. Hanya saja, nanti insya Allah, setelah masuk ke dunia ini,
hati kita akan tergerak sendiri untuk mengenakan hijab lebar dan tahu Islam
lebih dalam. Karena di sini kita benar-benar akan dikenalkan dengan indahnya
Islam.
Benar. Dunia tarbiyah itu
indah. Sangat indah. Di sini, akan kita temukan teman-teman yang selalu
mengingatkan kita pada Rabb kita. Teman-teman yang membuat semangat kita
terpacu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Tidak ada istilahnya mencela
siapa-siapa yang masih minim ilmu syari'atnya. Justru di sini kita akan
sama-sama mengenal dan saling bimbing-membimbing tentang ilmu syari'at yang
belum pernah kita tahu dan belum pernah kita pelajari.
Karena seperti yang kita
tahu, banyak orang yang menganut agama Islam, namun masih minim dari segi
pengetahuan agamanya sendiri. Sehingga mudah cenderung ikut-ikutan, dan yang
lebih ekstrimnya jatuh ke lembah kekufuran.
Seperti melaksanakan ibadah
yang tidak ada anjurannya dalam al-Qur'an dan sunnah. Atau beribadah yang masih
jauh dari kebenaran yang dicantumkan dalam al-Qur'an dan sunnah.
Contoh kecil saja, banyak di
antara kita yang tahu, bahkan sering mendengar, bahwa mendekati zina (baru
mendekati saja) sudah Allah larang. Tetapi, lihatlah di jalan-jalan, masih
banyak di antara mereka yang terang-terangan berboncengan dengan lawan jenis
non-muhrimnya. Atau bahkan melakukan hal yang (naudzubillahi mindzalik...)
Lebih dari itu.
Pertanyaan di benak kita
tentu, mengapa mereka melakukan itu? Sementara mereka tahu, bahwa Allah, Tuhan
mereka melarang. Jawabnya, karena minimnya ilmu dan kurangnya memegang syari'at
Islam yang begitu indah ini.
Atau contoh yang lebih kecil
lagi, tentang hijab. Berapa banyak wanita yang sudah akil baligh, Islam di sekitar kita yang benar-benar
komitmen dengan hijab mereka?
Bahkan masih banyak muslimah
yang dirinya Islam, tetapi kemana-mana tidak mengenakan hijab. Lebih senang
menampakkan rambutnya. Atau ada yang sudah berhijab tetapi hijab seadanya. Asal
menutup rambut, ya sudah. Nah, kenapa ini bisa terjadi?
Mungkinkah karena belum
sampainya ayat al-Qur'an tentang perintah hijab yang benar ke telinga mereka?
Atau mungkin sudah sampai namun belum ada motivasi atau juga semangat, dukungan
untuk berhijab. Padahal, masing-masing kita nantinya akan dimintai
pertanggungjawaban sesuai dengan perbuatan masing-masing. Tidak ada yang bisa
bertanggung jawab selain diri kita sendiri. Toh, kenapa kita harus malu
berhijab karena takut atau karena belum adanya dukungan di lingkungan sekitar?
:) Dosa bukan mereka yang menanggung, tetapi diri kita sendiri.
Dan dunia tarbiyah menawarkan
itu. Bagi mereka yang masih benar-benar ingin mengenal Islam, agama yang mereka
cintai lebih jauh pastinya akan meringankan langkah untuk ikut bergabung dalam
kumpulan yang sering disebut dengan istilah liqo' atau halaqoh.
Tidak ada istilah eksklusif,
karena kumpulan ini terbuka bagi siapapun yang ingin mengenal Islam lebih
dekat. Dan tentunya tidak ada paksaan untuk itu. Tergantung kepada kehendak
hati masing-masing. Bagi mereka yang ingin mengenal Islam lebih dekat, punya
sahabat soleh/solehah yang senantiasa mengingatkan pada Allah, sangat boleh
untuk bergabung.
Dan yang perlu diingat, di
sini, semuanya adalah kumpulan para manusia yang memeluk Islam yang ingin
mengenal Islam lebih dalam. Bukan kumpulan malaikat yang jauh dari silap dan
salah. Untuk itulah kelompok ini dibentuk. Agar selalu bisa saling
ingat-mengingatkan. Saling nasehat-menasehati. Jadi, sekali lagi, kumpulan ini
bukanlah kumpulan para eksklusif yang selalu sempurna dan jauh dari khilaf.
Tetapi kumpulan anak manusia yang sama-sama ingin lebih dan lebih jauh
mencintai Rabb-nya dalam rangka meraih surga-Nya.
Sekitar delapan tahun yang
lalu sudah saya mengenalnya. Dunia Tarbiyah. Dunia yang menurut saya paling
indah. Dunia andalan sewaktu remaja. Di mana di dalamnya ada banyak kakak-kakak
berjilbab lebar, berblus tangan panjang serta rok panjang. Yang bacaan Qur'annya
sangat bagus, tajwid, makhrijul hurufnya semuanya pas sesuai tempatnya. Di
sana, kami mempelajari banyak hal, dari hal mendasar sampai mendalam.
Di mushola kecil yang sampai
sekarang masih tergambar di ruang pikiran saya. Meski saat itu cuma berupa
kelompok kecil. Tetapi kebersamaannya selalu membuat hati saya rindu untuk
berkumpul dan mendulang ilmu syar'i. Kebersamaan singkat yang begitu membekas
di relung sanubari.
Juga perjalanan-perjalanan
yang pernah dijalani, malam-malam yang pernah dilewati, dengan sharing dan tangis,
itu semua bukan sia-sia, melainkan upaya untuk membina diri supaya menjadi
perempuan yang lebih tegar dan bertaqwa.
Hari demi hari, bulan demi
bulan, tahun demi tahun pun terlewati. Jatuh bangun turut saya rasakan. Mood
yang naik-turun, karena memang masih sangat remaja, dan pengaruh lingkungan
teman masih sangat dominan. Sampai akhirnya saya melepaskan diri karena tuntutan
tugas-tugas sekolah yang sangat menyita waktu.
Begitu pun kakak-kakak yang
lebih dulu meninggalkan kami karena studi di luar daerah. Kebersamaan itu mulai
tercerai-berai. Tetapi, sungguh, ilmu itu masih melekat dan terus di genggaman.
Namun perpisahan bukanlah
akhir dari segalanya. Dan perpisahan juga bukan penghapus segala ilmu yang
pernah kita pelajari dan kita bedah bersama. Segala pesan itu masih tetap
tergenggam meski kelompok itu hanya tinggal harapan. Meski sudah tidak lagi
bersama-sama. Kakak-kakak yang dulu menjadi kekaguman saya dulu pun entah ke
mana rimbanya. Benar-benar kehilangan kontak.
Dan, kemudian Allah memberi
kejutan pada saya ketika beberapa tahun kemudian Allah kembali mempertemukan
kami dalam keadaan dan kondisi yang berbeda. Kakak-kakak yang dulu pernah saya kagumi
karena jilbab rapatnya, kini lembaran kain itu entah terbang kemana. Bahkan
yang dulu enggan bersalaman dengan lawan jenis pun, kini sudah
"berani" bergandengan tangan dengan pasangan yang tentunya
"belum" halal. Kaget? Jelas.
Seperti menyaksikan kilatan petir
di siang bolong.
Kemana kakak yang dulu
menjawab telpon saja ragu-ragu karena khawatir telpon tersebut dari rekan lawan
jenis?
Kemana kakak yang dulu
menceramahi soal ta'aruf, dll.?
Saya seperti kehilangan semuanya.
Pandangan saya mendadak berkabut.
Bahkan, ikhwan-ikhwannya pun
sudah banyak yang "berubah" bentuk. Yang semula rapi dengan sorban
dan peci, kini sebelah daun telingannya berhiaskan anting. Juga kalung besi
yang terlingkar di leher. Pakaiannya? Jangan ditanya. Celana panjang yang dulu
kini sudah berganti celana pendek di atas lutut kemudian dihiasi
serabut-serabut bekas robekan. Sekilas, mungkin kita akan menebak, bahwa mereka
adalah reman. Namun, yang saya tahu, mereka itulah ikhwan. Tepatnya, mantan
ikhwan.
Soal gandengan? Jangan
ditanya juga. Masing-masing juga tidak kalah nampaknya. Jangankan bergandengan.
Berboncengan ke sana- kemari layaknya suami-istri juga berani. Tak ada lagi
istilah muraqabatullah, merasa diawasi Allah. Tarbiyah tinggal kenangan. Dakwah
terlupakan. Tidak lagi sibuk ceramah, tetapi sibuk cari pacar (pacar, ya, bukan
calon istri)
Tetapi untungnya, Allah masih
ada dan selalu ada. Allah tidak pernah hilang, meski keadaan sudah menukar
semua. Dan saat itu saya yakin, Allah tidak mungkin membiarkan hamba-Nya yang
benar-benar ingin ta'at sendirian.
Perlahan menjalani hidup
dengan menggenggam prinsip yang mulai ditanggalkan para rekan. Meski
sekali-kali pernah akan tergelincir. Namun, karena Allah Maha Penyayang, Ia
selamatkan diri yang nyaris terpeleset karena melepaskan pegangan dan godaan yang
silih berganti karena turunnya iman dan minimnya ilmu. Sudah malas rasanya dipanggil
Ukhti. Sudah malas rasanya menggunakan kata "afwan",
"syukron", "jazakallah khairan..."
Sampai akhirnya saya sadar,
saya membutuhkan sahabat-sahabat yang solehah. Ya, saya sangat membutuhkannya.
Karena saya sadar saya tidak bisa berjalan sendiri tanpa teman yang setia mengingatkan.
Karena bentang jalan di dunia
terlalu menyilaukan. Lewat beberapa kawan, saya temukan sahabat-sahabat itu
kembali. Meski sekali-kali komunikasi, karena terhalang kesibukan
masing-masing.
Alhamdulillah, bersyukur
rasanya ketika Allah mengabulkan do'a saya dan mengaruniai sahabat yang
senantiasa mengingatkan, ada ketika saya gundah dan bersedih. Dan lebih
bersyukur lagi, ketika mereka tidak sekadar mengingatkan, namun juga
mengingatkan saya tentang Allah, kapan pun, di mana pun dan apapun
permasalahannya.
Sampai akhirnya, dunia
tarbiyah kembali saya raih lewat rekan yang lumayan lama saya kenal. Dan
kembali saya mengucapkan syukur. Dunia yang perlahan saya tinggalkan, kembali
saya temukan dan singgahi.
Tepatnya, saya bahagia
sekali, Allah mengabulkan permintaan yang satu ini. Terima kasih untuk
pengalaman hidup yang luar biasa. Berkumpul bersama para solehah dan yang pasti
saya kalah jauh dengan mereka. Saya bisa belajar banyak dari mereka.
Dan semua ini karena Allah,
lewat para rekan yang sudah berbaik hati, terima kasih sudah banyak membantu.
Mudah-mudahan kelak bisa membalas segala kebaikannya. Dan mudah-mudahan Allah
senantiasa mencucuri rahmat kepada semuanya.
Dan, untuk-Mu, Allah...
Puji syukur tak terhingga
atas segala bentuk karunia yang terberikan.
Alhamdulillah...
Mudah-mudahan, keluarga kecil
yang Engkau berikan ini menjadi wasilah untuk menjadi muslimah sebenar-benar
muslimah. Aamiin.
- Untuk siapapun yang menulis notes di atas, terima kasih untuk kesan & pesannya. Mudah-mudahan Allah senantiasa merahmati kita... ^_^
Nb: Bagi muslimah sekitar
Selatpanjang, Riau yang ingin cari tempat liqo', bisa hubungi saya di inbox
fesbuk : Palupi Ze.
Mudah-mudahan bisa membantu
sahabat yang berniat ingin bergabung di liqo',
Khusus untuk seputaran
Meranti.
Komentar
Posting Komentar