Cerita 80 : Kesalahan Terbesar
Seringkali kita melakukan
kesalahan-kesalahan dalam hidup kita. Dan itu wajar, karena memang manusia
tempatnya salah & khilaf. Namun, meskipun begitu, bukan berarti manusia
tidak boleh punya antisipasi dalam hidupnya. Sebelum kesalahan-kesalahan itu
benar-benar terjadi, kita diberi kemampuan oleh Allah untuk menganalisis,
membentengi, mempersiapkan diri agar tidak terjatuh dalam kesalahan. Apalagi
kesalahan yang sama, mana ada manusia yang mau terpeleset di tempat yang sama,
Bukan?
Ya, begitulah manusia.
Makhluk unik ciptaan Allah yang syarat akan segala kesempurnaan. Allah
melengkapi manusia dengan akal-pikiran, agar manusia senantiasa berpikir
sebelum bertindak, agar manusia beribadah sesuai dengan ilmu yang telah Allah
izinkan terekam dalam akal kita. Maha Suci Allah atas segala keajaiban-Nya.
Dan setiap hari tentunya kita
memiliki kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hidup. Entah kesalahan besar
ataupun kesalahan kecil. Kesalahan yang membawa sesal dalam hidup kita.
Kesalahan yang membuat kita waspada agar tidak terjadi lagi yang namanya
kesalahan yang sama. Dan syukur-syukur kesalahan itu bisa dimaafkan.
Setidaknya, dimaafkan oleh diri kita sendiri. Karena sangat banyak manusia di
muka bumi yang justru bukan saja tidak mampu meminta maaf atas kesalahannya, namun ada juga yang tidak mampu
memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang terjadi pada dirinya. Hanya
manusia-manusia berjiwa pahlawan yang mampu melakukannya, ya, yang mampu meminta
maaf dan memaafkan.
Dan... Kesalahan besar dalam
hidup saya (dan harusnya saya bisa memaafkan diri saya atas satu kesalahan
besar ini selain memohon ampun pada-Nya ) adalah saat saya meragukan ketentuan dan kuasa Allah. Ya, meragukan
ketentuan dan kuasa Allah.
Saat saya merasa bahwa Allah
tidak mungkin memberikan pertolongan pada hamba-Nya yang kadang-kadang alpa
dari mengingat-Nya. Saat saya merasakan Allah tidak mungkin bisa mengabulkan
harapan baik yang saya punya. Saat saya merasakan Allah tidak mungkin
membimbing langkah saya ketika mulai berpijak menyusuri jalan pilihan-Nya. Saat
saya merasakan bahwa Allah tidak mungkin menolong saya keluar dari masalah
serumit apapun. Saat saya merasa bahwa saya-lah orang yang paling terpuruk di
dunia, padahal diri saya yang kurang bersyukur.
Saat saya merasakan rahmat
Allah itu tidak ada. Saat saya merasa Allah tidak mungkin mendengar do'a saya. Saat
saya merasakan kehadiran Allah tidak ada dalam kekhusyukkan do'a. Saat saya
merasakan Allah itu jauh, padahal dekat, dan teramat dekat. Saat saya ragu-ragu
ketika melangkahkan kaki di jalan kebaikan. Dan banyak lagi yang tidak bisa
saya sebutkan satu-persatu...
Dan itulah kesalahan terbesar
yang pernah dilakukan dan saya bertekad tidak ingin lagi mengulangi.
Berdosa sekali rasanya saat
saya melakukan kesalahan terbesar ini. Padahal, bukankah Allah sebaik-baiknya tempat
mengadu, Maha Penyayang, sebaik-baiknya pendengar dan tempat meluahkan segala
do'a dan harapan, sebaik-baik penolong, sebaik-baik pengabul do'a, dan yang
jelas, Allah itu Maha Kuasa atas segala yang terjadi di muka bumi-Nya. Allah
sebaik-baik tempat bergantung. Dan tidak ada yang lain selain Allah.
Bahkan, dalam firman-Nya pun
telah tertulis, bahwa sehelai daun yang jatuh dari tangkainya pun tak luput
dari pengetahuan Allah. Apatah lagi yang lain?
Benar-benar kesalahan
terbesar.
"...Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"(QS. Al-An'aam ayat 6)
Allah, Ampuni hati kami dari lalai mengingat-Mu. Ampuni hati kami yang masih saja ragu meniti jalan bersama-Mu. Izinkan kami menjadi penghuni Jannah-Mu. Ampuni kami dari segala dosa. Senantiasa bimbing kami agar tidak jatuh ke lembah keterpurukan yang Engkau benci.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar